Friday, April 15, 2016

Periksa Kadar Emas Saat Membeli Perhiasan

Membeli perhiasan emas adalah salah satu cara berinvestasi yang lazim dilakukan  oleh orang karena emas bisa sisimpan dalam jangka waktu lama dan nilainya tidak selisih terlalu besar antara harga dibeli dan harga dijual. Bahkan jika disimpan dalam jangka waktu yang lama akan bisa mendapatkan keuntungan karena harga emas hampir selalu naik dari dulu.
Namun saat membeli perhiasan emas harus lebih berhati-hati agar tidak sampai salah membeli emas dengan kadar yang tidak sebenarnya. Membeli perhiasan emas perlu lebih teliti dibanding membeli emas batangan. Kadar emas batangan akan lebih terjamin terutama yang sudah dilengkapi dengan sertifikat Aneka Tambang yang berwenang memberi sertifikat produksi emas di Indonesia. Biasanya perhiasan dibeli oleh pembeli di toko emas yang terpercaya karena rekomendasi oleh keluarga atau kenalan, sehingga pembeli hampir selalu membeli emas di tempat yang sama. Hal ini mempunyai resiko bagi pembeli karena umumnya toko emas tidak mempunyai standar pengujian terhadap kadar emas yang dijual kepada pembeli. Biasanya hanya berdasarkan kepercayaan pembeli saja atas penawaran toko emas atas kadar emas yang akan dibeli.
Jika pemilik toko emas menawarkan suatu perhiasan yang dikatakan kadarnya 75 persen maka setelah harga per gramnya deal, langsung dibayar sesuai dengan jumlah harga yang disepakati dikali berat timbangannya. Nilai kadar suatu perhiasan yang dijual dengan kadar 75 persen bisa jadi tidak tepat 75 persen, sering terjadi pada kenyataannya kadar sebenarnya hanya 70 persen. Tentu hal ini sangat merugikan pembeli emas karena terpaksa membayar lebih mahal dari kadar emas yang seharusnya. Selisih 5 persen ini adalah jumlah yang sangat besar pengaruhnya terhadap kadar sebenarnya dari emas perhiasan yang dibeli. Kejadian seperti ini kemungkinan sering terjadi, maka berhati-hatilah saat melakuakan pembelian perhiasan emas.
Jika terjadi hal demikian,  emas yang dibeli akan dijual kembali maka hasil penjualannya tidak akan sesuai dengan kadar yang tercatat dalam surat pembelian. Pemilik emas akan mendapatkan uang hasil penjualan yang lebih kecil dari perkiraannya apalagi jika emas tersebut dijual di toko yang lain dari tempat pembelian dilakukan. Sebaiknya jika hendak menjual kembali emas yang sudah dibeli disarankan untuk menjual ke toko yang sama agar mendapatkan harga yang lebih baik. Untuk hal ini pembeli perlu memahami aturan main tempat membeli emas dilakukan, seperti apa aturan dan perhitungan jika pembeli menjual kembali emas yang dibeli dari toko tersebut. Biasanya toko mengenakan potongan biaya pembuatan perhiasan emas jika toko membeli kembali emas yang dibeli dari mereka. Masing-masing toko mempunyai perhitungan yang berbeda-beda, jadi pembeli harus mempeehatikan dan memahami dengan sejelas-jelasnya.
Jika demikian bagaimana sebaiknya? Bisakah pembeli mengetahui kadar emas yang sebenarnya hanya secara kasat mata? Sangat sulit bagi pembeli untuk memastikan kadar emas hanya lewat melihat secara kasat mata, apalagi kebanyakan tidak memiliki keahlian khusus untuk mengenali tingkat kadar dari perhiasan emas.
Untuk mengetahui kadar emas bisa dilakuan dengan dua cara yakni dengan cara merendam dan menggosok. Cara pertama adalah dengan merendam perhiasan di dalam cairan asam tertentu kadar emas dapat diperiksa. Dan yang kedua adalah dengan cara menggosok di keramik. Jika perhiasan emas digosok dibidang keramik menimbulkan jejak serbuk yang banyak maka kemungkinan kadar emasnya lebih rendah. Kedua cara pemeriksaan ini tidak disenangi karena menimbulkan perubahan berat menjadi berkurang dan bentuk perhiasan menjadi berubah dan aus yang tentunya akan mengurangi nilai perhiasan tersebut.
Saat ini sudah ada metoda lain untuk memeriksa kadar emas tanpa mengalami resiko kerugian seperti disebut di atas. Di pasaran sudah ada alat yang bernama Karatimeter yang bekerja dengan cara menscan kandungan emas lalu menampilkan hasil pengujian ke monigor komputer yang terhubung dengan alat tersebut. Pengukuran alat ini memiliki tingkat keakuratan hingga 99,8 % dan pengukuran dilakukan secara otomatis sehingga aman terhadap emas yang diukur.
Continue reading...

Koleksi Bentuk Perhiasan Indonesia



Bukti kemampuan mengolah perunggu dalam masyarakat Indonesia sudah sangat maju dan terbuktu dengan ditemukan sebuah topeng perunggu berusia 3000 SM di Goa Made, Jawa Timur. Kemampuan mengolah logam dan membuat perhiasan masyarakat Nusantara ditengarai sudah lebih lama dari Kebudayaan Perunggu Dong-Song yang berusia sekitar 1000 SM.  Kemudian terjadi perkembangan teknik metalurgi di Nusantara sejak 500 SM dengan adanya pertemuan budaya Nusantara, budaya Cina dan budaya India di Nusantara. Ditambah lagi kemampuan pelaut Nusantara berlayar hingga ke Cina dan India, ke Jazirah Arab, Siam dan sekitarnya bahkan hingga ke Madgaskar perkembangan ini semakin tinggi pada jaman Hindu Budha.
Perpaduan antara kemampuan lokal dan pengaruh budaya pendatang melahirkan teknik pengolahan logam yang sangat tinggi dan mencapai puncak  pada masa tersebut. Sehingga pada masa Islam, tidak ada perkembangan teknik pengolahan logam sudah mencapai puncaknya. Namun yang terjadi adalah penambahan ragam corak, bentuk, dan hiasan. Hal tersebut sama pula pada masa Kolonialisasi Belanda.

Dalam kehidupan masyarakat di Nusantara perhiasan sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Bentuk dan ragam perhiasan ini dapat mengungkapkan banyak hal, bukan saja  perihal penggunaan bahan dan teknik, tetapi juga mengungkapkan bagaimana latar belakang sosial, politik, budaya, dan sejarah masyarakat di Nusantara pada masanya.

Berikut adalah beberapa informasi tentang bentuk perhiasan dari berbagai daerah di Nusantara yang diambil dari buku Kisah Perhiasan Nusantara yang ditulis dalam dwi bahasa ini (Indonesia dan Inggris).




Anting Dayak
Perhiasan Kalimantan Tengah
Anting Dayak


Perempuan suku Dayak Kayan dan Kenyah yang termasuk dalam rumpun Apokayan memakai perhiasan anting yang memiliki berat hampir 200 gram yang mengakibatkan lubang di cuping telinga semakin membesar, dan cuping telinga semakin panjang. Semakin panjang telinga seorang perempuan dianggap semakin cantik. Perhiasan ini terbuat dari kuningan dan sudah berusia sekitar 50 tahun.




Karabu Kudung Kudung

Perhiasan Karo - Sumatera Utara
Kerabu Kudung Kudung


Perhiasan perak berbentuk anting khas suku Batak Karo, Sumatra Utara ini dibuat dengan teknik hias yang cukup sulit. Teknik benang logam (filigri) dan butiran logam (granulasi) terlihat sangat sempurna pada anting yang berusia sekitar 100 tahun.


Taiganja

Perhiasan Sulawesi Tengah
Taiganja


Taiganja berfungsi sebagai leontin yang berfungsi sebagai lambang kesuburan, kemakmuran, dan kekebalan dari  kemalangan bagi masyarakat yang tinggal di Kulawi, Sulawesi Tengah. Konon, perhiasan ini harus ditempatkan secara aman di peti harta khusus karena dipercaya  bahwa benda ini memiliki kekuatan suci. Berusia sekitar 100 tahun dan terbuat dari kuningan.

Kalung Anak Ayam Duapuluh


Perhiasan Sumatera Selatan
Kalung Anak Ayam Duapuluh


Perhiasan dengan jumlah ornamen yang berbentuk  anak ayam berjumlah dua puluh buah. Terbuat dari emas dengan hiasan intan dan berusia sekitar 100 tahun dan berasal dari Sumatera Selatan.
 

Galang Gadang

Perhiasan Sumatera Barat
Galang Gadang


Perhiasan yang biasa digunakan pada pesta perkawinan ini berasal dari Batusangkar, Minangkabau, disebut juga dengan galang adat yang berfungsi sebagai pamaga  (pemagar) simbol dari niniak mamak yang bermakna bahwa tindak-tanduk pengguna harus sesuai aturan. Berusia sekitar 100  tahun dan terbuat dari perak namun keahlian membuat gelang jenis ini ditengarai sejak abad XVI.



Riti, Knei atau Keke

Perhiasan Nusa Tenggara Timur
Niti, Rei atau Keke


Gelang ini merupakan gelang khas suku Atoni di Timor. Gelang ini bisa tampil dengan berbagai macam elemen hias di atasnya, termasuk elemen hias bunga belimbing, unggas, salib, atau mitra (topi Uskup atau  Paus yang digunakan pada perjamuan ekaristi umat Katolik Ada pendapat yang mengatakan gelang ini digunakan pula oleh penduduk di kabupaten Belu di kota Atambua yang tadinya merupakan pengungsi Timor Timor yang sekarang sudah menjadi Warga Negara Indonesia. Terbuat dari perak dan berusia sekitar 50 tahun.

Bura Layang-Layang

Perhiasan Karo - Sumatera Utara
Kalung Bura Layang-layang


Perhiasan dari perak yang disepuhemas ini disebut dengan layang-layang karena bentuknya yang mirip dengan layang-layang tradisional yang dibuat dengan teknik hias filigri dan granulasi. Kalung ini merupakan kalung khas masyarakat Batak Karo, Sumatra Utara berusia sekitar 100 tahun.
  

Kalung Muse

Kalung ini adalah sebuah kalung tradisional yang terbuat dari perak dari daerah pulau Tanimbar, Propinsi Maluku, bagian barat daya, berusia sekitar 100 tahun.


Continue reading...

Sejarah Penggunaan Perhiasan Dalam Kehidupan Manusia


Dalam perjalanan sejarah kehidupan manusia tidak terlepas dari perhiasan karena sudah dari sembilan puluh ribu tahun menusia telah memakai perhiasan sebagai alat untuk mengekspresikan kekayaan maupun tingkat sosialnya dimana perhiasan digunakan dalam aktivitas budaya dan agama manusia. Pembuatan perhiasan dalam kehidupan manusia telah mengalami perkembangan sejak dahulu dari materialnya yang sederhana pada awalnya hingga terbuat dari logam mulia emas. Awalnya perhiasan mulai dibuat dari kerang yang diuntai menjadi kalung atau gelang yang dirangkai dengan tali yang dipakai sebagai jimat. Dari bahan sederhana tersebut pembuatan perhiasan berkembang yang awalnya berupa kalung berkembang dengan pembuatan gelang, cincin dan anting-anting dengan bahan dengan logam mulia. Diketahui penggunaan perhiasan gelang yang terbuat dari emas pertama sekali dipakai pada 4.700 SM pada masa pemerintahan Raja Zer.
Perhiasan Dalam Kehidupan manusia
Perhiasan Emas

 

Fungsi Perhiasan

Dari masa ke masa bentuk dan fungsi perhiasan telah mengalami perkembangan dan perubahan yang sangat panjang, mulai berbentuk koin hingga bentuk aksesori perhiasan yang terbuat dari emas menjadi sarana ekspresi nilai seni dan kekayaan suatu bangsa atau kerajaan. Pada awalnya emas yang berbentuk koin digunakan sebagai mata uang sehingga banyak kerajaan yang membuat dan mengumpulan sebanyak mungkin kon emas ini sebagai tanda kekayaan dan kejayaan kerajaan. Bentuk emas ini kemudian berkembang dengan bentuk yang mempunyai nilai hiasan atau dekoratif dengan berbagai dasar fungsi sebagai pin, bros, gesper. Benda-benda ini menjadi perhiasan dalam kehidupan kerjaan bahkan memiliki peran penting dalam keagamaan dan status sosial pemiliknya.
Pada masa Kerajaan Mesir merupakan sebagai awal perkembangan bentuk perhiasan modern. Di kerjaan Mesir pada masa banyak pengrajin yang berprofesi sebagai pembuat perhiasan dan mereka memiliki keahlian dan kemampuan yang berkembang dalam membuat  berbagai bentuk perhiasan dengan bentuk artistik dengan bahan dari emas. Dengan demikian perhiasan semakin berkembang penggunaannya karena emas tersedia dan mudah didapatkan oleh pembuat perhiasan.
Perhiasan emas dengan bentuk artistik umumnya digunakan pemiliknya sebagai jimat dan biasanya perhiasan emas ini dikombinasi dengan batu permata tertentu. Selain mahal batu permata yang mahal dianggap menjadi perhiasan yang berharga dan oleh pemiliknya dianggap mempunyai kekuatan mistik tertentu kepada pemakainya sesuai dengan jenis batu permatanya.

Perhiasan Pada Masa Yunani dan Romawi

Yunani dan Romawi memiliki variasi gaya dan bentuk perhiasan yang beragam dan oleh karena Yunani dan Romawi merupakan kerajaan yang banyak melakukan perdagangan dengan tetangganya sehingga budaya kerajaan ini memberi pengaruh kuat terhadap perkembangan perhiasan. Budaya simbolisme sangat mempengaruhi perhiasan dimana perhiasan sering dibuat untuk melambangkan dewa-dewa yang mereka percayai dalam budaya mereka. Dalam embuat perhiasan mereka mempunyai teknik pembuatan yang semakin rumit dan sulit. Dalam masa ini dengan teknik yang berkembang bentuk perhiasan yang berbentuk anting-anting semakin dikenal luas.

 Perhiasan Pada Masa Pertengahan



Pada masa pertengahan kebudayaan perkembangan perhiasan kebanyakn mengadopsi buda kekristenan. Pada masa ini perhiasan yang banyak digunakan terutama yang bentuknya melambangkan iman Kristen. Pada masa ini biara-biara gereja bertanggung jawab pada perkembangan perhiasan dunia dengan mendukung para pengrajin untuk meningkatkan keahlian dan teknik mereka dalam membuat perhiasan dengan kualitas yang terjamin. Pada saat ini terjadi peningkatan kebutuhan terhadap perhisan emas dan batu permata dan oleh sebab itu mulai banyak terjadi pemalsuan yang melakukan peniruan terhadap design yang berkualitas.

Perhiasan selama periode Renaisans

Perkembangan perhiasan masa Renaissance mengalami perubahan tujuan dimana sebelumnya perhiasan digunakan sebagai simbol untuk mengekspresikan keyakinan sebagai kesatuan antara budaya dan agama berubah nilainya menjadi simbol ekspresi keindahan atau kekayaan pribadi pemakainya. Karena dilihat sebagai simbol kekayaan maka perhiasan mulai banyak dikumpulkan yang umumnya berbentuk koin emas. Bentuk koin emas ini banyak berkembang karena mudah dipakai sebagai pengaman kekayaan dan mudah untuk diamankan serta mudah untuk dijual. Sementara yang bentuknya sebagai perhiasan emas banyak diberi atribut batu-batu permata yang warnanya cemerlang dan beragam. Pada masa ini berkembang penggunaan berlian sebagai batu permata dan teknik pemotongannya juga berkembang. Dalam masa ini perhiasan mulai dikenal sebagai mata uang karena karena mudah untuk dilindungi, mudah untuk dijual dan mudah untuk disimpan.

Dengan semakin banyaknya jumlah manusia yang memiliki kekayaan kebutuhan perhiasan semakin tersebar ditambah dengan penemuan-penemuan daerah baru terjadi juga perubahan bentuk dan teknik pembuatan perhiasan. Bentuk perhiasan mulai mengambil bentuk flora dan fauna, dimana teknik pengerjaannya semakin rumit dan kreasinya semakin tinggi. Tren ini berkembang juga sejak revolusi industri yang membawa perubahan pada dunia dengan cepat demikian juga pada perhiasan terjadi perubahan mode dan tren yang semakin cepat hingga saat ini.
Perhiasan sebagai alat ekspresi artistik semakin mudah didapatkan karena alat dan bahan produksinya semakin mudah didapatkan. Selain itu karena saat ini tanda-tanda kekayaan dan status social bukan lagi didasarkan pada logam mulia dan batu permata, maka penggunaan bahan perhiasan semakin beragam.

Dengan teknologi yang semakin baik perhiasan bisa juga dibuat dari bahan sintetis sehingga perhiasan semakin murah dan terjangkau. Perhisan lebih banyak fokus terhdapan kreativitas dan desain sebagai ekspresi keindahan. Namun walaupun begitu jika perhiasan yang terbuat dari emas masih memiliki nilai yang tetap dalam mengekspresikan keindahan dan kekayaan manusia.
Demikianlah sejarah perkembangan perhiasan dalam kehidupan manusia sejak dahulu kala hingga saat ini sebagai bentuk ekspresi pribadi yang semakin luas dan bertumbuh senantiasa. Perjalanan sejarah perhiasan merupaan sesuatu yang menarik untuk dilihat dari waktu ke waktu. Untuk itu coba kita runtun perkembangan tersebut sebagai sebuah time line seperti dibawah ini.

Perjalanan Perkembangan Perhiasan Dari Waktu ke Waktu


Mesir Kuno (5550 SM – 20 SM)

 Era baru produksi perhiasan dengan perubahan bahan material pembuatan perhiasan dengan mulainya digunakan tembaga untuk pembuatan perhiasan. Selain itu perhiasan diproduksi berbagai manik-manik berkilau dan desain perhiasan dengan menggunakan bentuk hewan.Penggunaan berbagai macam batu-batuan, yang popular pada saat itu adalah carnelian, feldspar, amethyst, chalcedony, lapis lazuli, dan pirus untuk membuat perhiasan.

Mesopotamia Kuno (2750 SM – 1200 SM)

Perhiasan kebanyakan dibuat dengan desain dedaunan, anggur, kerucut, dan spriral. Batu-batuan yang sering digunakan oleh masyarakat Mesopotamia Kuno antara lain akik, lapis, jasper, dan carnelian.

Cina Kuno (2200 SM – 300 SM)

Pada masa ini, batu-batuan yang paling banyak digunakan dalam pembuatan perhiasan adalah giok dan berlian. Mengukir batu giok menjadi sebuah kesenian yang indah pada masa dinasti Shang (1600 SM – 1050 SM). Desain perhiasan pada masa ini biasanya menyerupai bentuk gulungan, bunga, kura-kura, sayap burung, naga, phoenix untuk membuat berbagai jenis perhiasan, seperti hiasan kepala, kalung, hiasan dada, liontin koin dan candi, cincin, gelang, dan mahkota.

Yunani Kuno (1400 SM – 31 SM)

Perhiasan pada masa Yunani Kuno dibuat dengan bentuk hewan dan kerang dengan menambahkan berbagai batu-batuan untuk hiasan, seperti amethyst, mutiara, chalcedony, carnelian, garnet, dan zamrud.

Romawi Kuno (500 SM – 400 M)

Masyarakat Romawi Kuno menyukai cincin dengan cap, bros, dan jimat yang dibuat dengan desain kepala hewan dan ular melingkar dengan menggunakan batu-batuan seperti safir, zamrud, mutiara, amber, garnet, jet, dan berlian.

Abad Pertengahan (1066 – 1485)

Perhiasan pada Abad Pertengah meluas seiring perkembangan agama. Jenis perhiasan yang popular pada masa itu adalah perhiasan rambut dan perhiasan pakaian yang biasa digunakan saat upacara keagamaan, kalung, liontin, gelang, cincin, gesper, dan perhiasan kepala dengan  taburan batu-batuan seperti berlian, ruby, safir, zamrud, dan mutiara.

Georgia (1760 – 1830)

Perhiasan fokus terhadap design yang  mewah dan semakin rumit, seperti kalung multi rantai. Biasanya digunakan batu-batu permata seperti ruby, zamrud, safir, dan mutiara.

Victoria (1835 – 1900)

Desain perhiasan yang romantis dan natural semakin dominan, seperti bentuk hati, bintang, bulan sabit, burung, dan serangga. Jenis perhiasan yang sering gunakan adalah bros, cincin, kalung, gelang, dan cincin yang dihiasi dengan batu mulia seperti berlian, ruby, zamrud, safir, dan mulia, atau pun batu semi mulia seperti amethyst, coral, garnet, dan opal.

Art Nouveau (1890 – 1910)

Desain perhiasan yang dibuat meliputi garis berliuk yang indah dan bentuk bunga. Mereka juga menggunakan semua jenis batu semi mulia untuk membuat perhiasan.

Edwardian (1895 – 1915)

Desain perhiasan pada era ini dipengaruhi oleh Art Nouveau

Art Deco (1920 – 1935)

Desain perhiasan yang disukai dengan warna-warni cerah , bentuk geometris, desain yang abstrak, dan seni oriental, yang dihiasi dengan batu-batuan seperti berlian, ruby, zamrud, mutiara, opal, amethyst, coral, dan garnet. Perhiasan dalam bentuk jam tangan mulai popular dan digemari berbagai kalangan pada masa ini

Retro (1939 – 1949)

Desain perhiasan dipengaruhi adanya  Perang Dunia 2yang menyebabkan terjadi embargo untuk batu mulia, sehingga bahan pembuat perhiasan pada tahun tersebut berganti ke logam dengan desain motif patriotik, batu semi mulia, dan batu sintetis.

1950-an

Sehabis Perang Dunia 2, masyarakat dunia tertarik kembali dengan perhiasan yang berwarna cerah, penggunaan rhinestone, dan manik-manik besar. Berlian juga menjadi batu permata yang paling popular.
Continue reading...